Melalui Telegram, Para Teroris Mencari Anggota dan Mengajarkan Cara Rakit Bom

Akhir pekan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informasi menutup aplikasi website Telegram. Penutupan aplikasi tersebut lantaran kerap digunakan para teroris untuk berkomunikasi termasuk belajar merakit bom.

Melalui Telegram, Para Teroris Mencari Anggota dan Mengajarkan Cara Rakit Bom
Melalui Telegram, Para Teroris Mencari Anggota dan Mengajarkan Cara Rakit Bom

Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Arief Dharmawan menjelaskan cara para teroris menyebarkan pahamnya. Yakni membuat grup khusus.


"Misalnya ada sebuah kumpulan (grup), dari sekian member yang ada empat yang tertarik dengan saya misalnya. Maka yang empat itu pasti mengejar saya kan," katanya di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi Jakarta, Senin (17/7).

Empat orang yang penasaran akan informasi dari pelaku (teroris) ini nantinya dikumpulkan dalam satu grup berbeda. Di sana para teroris menyebarkan pahamnya, termasuk memberikan penjelasan tentang cara merakit bom.

"Oke kalau anda kejar saya kita buat grup baru. Nah dari situ saya sebar ke yang ini, cara bikin bom panci, bom apalah itu namanya," lanjut Arief.

Tak berhenti di situ, bagi anggota grup yang tertarik nantinya bisa mengajak orang lain untuk ikut bergabung dalam grup tersebut. Dari situlah perkembangan teroris lewat jejaring sosial.

"Terus saya punya kawan kasih tahu, si ini nih omongannya bagus, lalu ikut," jelasnya.


Penjaringan anggota pun dilakukan secara ketat oleh para teroris. Beberapa anggota bahkan diketahui pernah bertatap muka antar teroris.

Sehingga tak mungkin ada penelusuran dari pihaknya yang melakukan penyamaran dalam menyelidiki komunikasi para teroris. 

"Mereka enggak main-main, mereka juga punya screaning," tutup Arief. 

0 comments: